KESEPAKATAN pembelian 50 unit pesawat Boeing oleh maskapai nasional Garuda Indonesia ternyata telah ditandatangani jauh sebelum pandemi COVID-19 melanda dunia.
Hal ini disampaikan oleh Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Perkasa Roeslani, yang mengungkapkan hal tersebut.
Menurut Rosan, komitmen tersebut merupakan bagian dari hasil negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat terkait penyesuaian tarif impor.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Yang ingin saya sampaikan, sebetulnya kesepakatan itu antara Boeing dan Garuda itu sudah ada sebelum COVID-19,” kata Rosan dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Dari 50 pesawat yang dipesan, baru satu unit yang telah dikirim. Sisanya, sebanyak 49 unit, masih menunggu jadwal pengiriman resmi dari Boeing.
Jadwal Pengiriman Mundur hingga 2031
Menurut Rosan, situasi pascapandemi dan tingginya antrean produksi di pabrikan Boeing membuat pengiriman pesawat baru diperkirakan paling cepat berlangsung pada 2031 hingga 2032.
Baca Juga:
Red Notice Riza Chalid? Saat Hukum Bertarung dengan Oligarki Energi
Lula Menyerang Balik: Tarif AS Tak Rasional dan Mineral Brasil Bukan Tawar-Menawar
Stop Impor Beras! Pemerintah Pastikan Indonesia Swasembada Pangan di 2025
“Delivery pesawat Boeing yang baru sekarang paling cepat adalah tahun 2031-2032,” ungkapnya.
Keterlambatan pengiriman ini membuat Garuda perlu menyesuaikan strategi jangka menengah, terutama dalam mengelola armada yang ada agar tetap produktif.
Garuda Diminta Optimalkan Armada yang Sudah Ada
Sambil menunggu kedatangan armada baru, manajemen Garuda diminta untuk mengoptimalkan operasional pesawat yang saat ini masih ter-grounded.
Menurut Rosan, banyak pesawat Garuda dan anak usahanya, Citilink, yang tidak dapat beroperasi karena membutuhkan perawatan teknis.
Baca Juga:
Era Baru Migas Rakyat Dimulai, Pemerintah Posisikan UMKM Jadi Pemasok
Meninggalnya Kwik Kian Gie dan Pertanyaan tentang Arah Ekonomi Indonesia
Indonesia Beralih ke Barat: Kontrak Energi AS Tandai Era Baru Diplomasi BBM
“Banyak sekali pesawat dari Citilink maupun Garuda yang sudah di-grounded dan tidak bisa terbang. Padahal kita tetap bayar leasing-nya,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal ini, Danantara telah memberikan pendanaan lebih dari USD 400 juta (sekitar Rp6,5 triliun) guna mendukung pemeliharaan dan perbaikan armada.
“Kita bilang, perbaiki dulu supaya mereka bisa terbang. Sekarang rata-rata pesawat Garuda hanya terbang 5 jam per hari. Idealnya 12 jam,” tambah Rosan.
Efisiensi Operasi Jadi Kunci Bertahan
Selain perbaikan fisik armada, Rosan juga meminta Garuda meningkatkan efisiensi dalam penggunaan pesawat serta optimalisasi rute penerbangan.
Langkah ini dianggap penting mengingat sektor aviasi masih dalam masa pemulihan setelah terpukul selama tiga tahun terakhir akibat pandemi global.
Optimalisasi jam terbang dan pemanfaatan rute-rute strategis dinilai sebagai kunci untuk memperbaiki arus kas dan menekan beban operasional.
Baca Juga:
Press Release Berbayar: Cara Praktis Memastikan Pesan Perusahaan Sampai ke Publik
Kredit Fiktif Rp 105 Miliar Bongkar Jaringan Korupsi PT PAL-BNI
Prabowo: Mafia Beras Sabotase Ekonomi, Bikin Rakyat Sengsara!
Transformasi Teknologi dan Pelayanan Jadi Prioritas
Selain efisiensi armada, Garuda juga diminta melakukan transformasi menyeluruh di bidang teknologi, layanan pelanggan, dan model bisnis.
Rosan menekankan bahwa meskipun komitmen pembelian 50 pesawat tetap dihormati, pihaknya terbuka untuk melakukan renegosiasi terhadap term and condition kesepakatan agar lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak.
“Kita akan selalu hormati komitmen. Tapi mungkin kita akan coba renegosiasi lagi dari term and condition-nya yang lebih baik,” tegasnya.
Konteks Geopolitik dan Diplomasi Dagang Indonesia-AS
Pengadaan 50 unit Boeing ini juga tidak lepas dari dinamika hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebelumnya menyatakan bahwa pembelian pesawat ini merupakan bagian dari langkah strategis memperkuat posisi Garuda Indonesia sebagai maskapai nasional yang kompetitif secara global.
“Pembelian pesawat Boeing untuk membesarkan Garuda Indonesia,” ujar Prabowo, pada saat itu.
Dukungan dari negara juga tercermin dari berbagai program restrukturisasi dan penyertaan modal negara (PMN) yang telah diberikan kepada Garuda dalam beberapa tahun terakhir.
Langkah Strategis di Tengah Kompetisi Regional
Dengan rencana pengadaan armada Boeing jangka panjang, Garuda juga dituntut untuk bersaing dengan maskapai kawasan seperti Singapore Airlines, Thai Airways, dan Malaysia Airlines, yang kini tengah memperkuat armada dan teknologi mereka.
Dalam hal ini, transformasi digital dan peningkatan layanan kelas premium menjadi salah satu kunci diferensiasi.
Meski komitmen pengadaan 50 pesawat Boeing tetap berlaku, Garuda Indonesia menghadapi tantangan besar untuk menjaga kelangsungan operasional dalam beberapa tahun ke depan.
Dengan pengiriman armada baru yang baru akan dimulai paling cepat pada 2031, fokus utama saat ini adalah optimalisasi armada eksisting, efisiensi operasional, serta modernisasi pelayanan dan teknologi.
Upaya ini krusial untuk memastikan Garuda tetap menjadi maskapai nasional yang berdaya saing global dan mampu bertahan di tengah ketidakpastian industri penerbangan dunia.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Arahnews.com dan Haloagro.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Sentranews.com dan Indonesiaraya.co.id.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hellojateng.com dan Hariankarawang.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center