Analisis Mengenai Penurunan Tarif Ekspor Sawit 2024: Siapa Diuntungkan dan Apa Dampaknya?

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 24 September 2024 - 15:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PT Bio Inti Agrindo. (Dok. Ptbia.co.id)

PT Bio Inti Agrindo. (Dok. Ptbia.co.id)

Oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP (Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta)

SAWITPOST.COM – Pengusaha Sawit Mendapat Angin Segar, Biodiesel Terancam.

Peraturan Menteri Keuangan No. 62 Tahun 2024 yang mengatur pemangkasan pungutan ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) diharapkan membawa dampak signifikan bagi sektor kelapa sawit di Indonesia.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Langkah ini diambil dengan tujuan meningkatkan daya saing harga CPO Indonesia di pasar global, terutama di tengah tantangan harga yang fluktuatif.

Pemangkasan pungutan ini memberikan peluang bagi eksportir untuk menurunkan harga CPO di pasar internasional.

Sehingga lebih kompetitif dibandingkan dengan negara-negara produsen lain, seperti Malaysia dan Thailand.

Dampak langsung dari kebijakan ini tentu menguntungkan para pengusaha sawit.

Biaya ekspor yang lebih rendah memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan margin keuntungan.

Terutama bagi perusahaan-perusahaan yang selama ini tertekan oleh penurunan harga CPO global.

Hal ini juga berdampak positif bagi petani sawit, karena peningkatan ekspor berpotensi meningkatkan permintaan tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan oleh petani.

Dalam jangka pendek, kebijakan ini bisa memberikan stimulus ekonomi bagi sektor hulu sawit, menyejahterakan petani, dan mendorong aktivitas ekonomi di daerah penghasil sawit.

Namun, di balik kabar baik ini, muncul kekhawatiran terkait keberlanjutan program biodiesel di Indonesia.

Sebelumnya, dana yang dikumpulkan dari pungutan ekspor digunakan untuk mensubsidi program biodiesel nasional, seperti B30 dan B40.

Dengan berkurangnya pungutan, pendanaan untuk program ini juga akan berkurang, mengancam keberlanjutan transisi energi berbasis biodiesel.

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), yang selama ini menjadi sumber pendanaan utama subsidi biodiesel, akan kesulitan mempertahankan program jika pendapatan dari pungutan menurun signifikan.

Daya Saing yang Lebih Kompetitif: Efek Sementara?

Di sisi daya saing, penurunan pungutan ini tentu membuat CPO Indonesia lebih menarik di mata pasar internasional.

Terutama di negara-negara tujuan utama seperti China dan India. Namun, perlu dicatat bahwa daya saing global tidak hanya ditentukan oleh harga.

Sertifikasi keberlanjutan, kualitas produk, dan tarif impor di negara tujuan juga memegang peran penting.

Sebagai contoh, meskipun harga CPO Indonesia turun, kenaikan tarif impor di India dapat mengurangi manfaat pemangkasan pungutan tersebut.

Sementara itu, Malaysia, yang merupakan pesaing utama Indonesia, terus mempromosikan minyak sawitnya

Dengan standar keberlanjutan yang lebih baik, seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), yang diminati di pasar global.

Efek positif dari kebijakan ini mungkin hanya terasa dalam jangka pendek.

Jika harga CPO global tetap rendah atau terus menurun, meskipun pungutan ekspor dipangkas, daya saing ekspor sawit Indonesia bisa tergerus.

Oleh karena itu, kebijakan ini sebaiknya dianggap sebagai solusi jangka pendek.

Pemerintah perlu memikirkan strategi jangka panjang yang lebih komprehensif untuk mempertahankan daya saing industri sawit.

Kekhawatiran atas Keberlanjutan Program Biodiesel

Selain dampak terhadap ekspor, salah satu perhatian utama terkait kebijakan ini adalah keberlanjutan program biodiesel Indonesia.

Industri sawit Indonesia bukan hanya berperan sebagai sektor ekspor, tetapi juga mendukung program transisi energi melalui mandatori biodiesel.

Pungutan ekspor selama ini menjadi sumber utama dana untuk subsidi biodiesel.

Dengan menurunnya pendapatan dari pungutan ekspor, pendanaan program biodiesel, seperti B40 dan B50, terancam.

Program ini sangat penting dalam transisi energi Indonesia menuju bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, dan tanpa dukungan finansial yang memadai, keberlanjutannya bisa terhambat.

Secara keseluruhan, meskipun kebijakan pemangkasan pungutan ekspor ini memberikan dorongan positif bagi sektor sawit dalam jangka pendek.

Pemerintah perlu segera mencari solusi pendanaan alternatif, seperti pajak karbon, untuk menjaga keberlanjutan program biodiesel.

Tanpa solusi jangka panjang yang solid, industri sawit Indonesia bisa menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara ekspor yang kompetitif dan kontribusi terhadap program energi hijau.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Businesstoday.id dan Infoemiten.com

Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Jatimraya.com dan Hallokaltim.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)

Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.

Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Berita Terkait

Presiden Prabowo Dorong Sinergi Investasi Nasional lewat Forum Kabinet Strategis
BEI Catat 14 IPO Baru, Lighthouse Company Jadi Andalan Investasi
IPO 2025 Bergairah, BEI Cetak 14 Emiten Baru dalam Lima Bulan
Produksi Padi Naik Tajam, Wamentan Sudaryono Dorong Tiga Kali Panen
Investasi Jadi Ujung Tombak Pertumbuhan Ekonomi Era Prabowo
Kejagung Tunggu Bola Panas Tambang Ilegal Papua, Izin Dicabut, Dugaan Korupsi Masih Bebas Melenggang
Program Pompanisasi dan Irigasi Efektif Dorong Produksi, Cadangan Beras Tertinggi Sepanjang Sejarah Republik Indonesia
Erick Thohir: Garuda Indonesia Tidak Lagi Terima PMN, Danantara Siap Suntik Modal Secara Korporasi

Berita Terkait

Selasa, 1 Juli 2025 - 09:26 WIB

Presiden Prabowo Dorong Sinergi Investasi Nasional lewat Forum Kabinet Strategis

Kamis, 26 Juni 2025 - 11:46 WIB

BEI Catat 14 IPO Baru, Lighthouse Company Jadi Andalan Investasi

Rabu, 25 Juni 2025 - 15:56 WIB

IPO 2025 Bergairah, BEI Cetak 14 Emiten Baru dalam Lima Bulan

Senin, 23 Juni 2025 - 11:23 WIB

Produksi Padi Naik Tajam, Wamentan Sudaryono Dorong Tiga Kali Panen

Selasa, 17 Juni 2025 - 07:37 WIB

Investasi Jadi Ujung Tombak Pertumbuhan Ekonomi Era Prabowo

Berita Terbaru