Diskon Tarif AS Dinilai Membebani Ekonomi Indonesia, Bukan Strategi Cerdas

Ekonom UPN Veteran: Kesepakatan dagang yang timpang ancam industri, ketahanan pangan, dan memaksa Indonesia membeli produk AS dalam jumlah besar

Avatar photo

- Pewarta

Rabu, 16 Juli 2025 - 11:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat. (Facebook.com @Achmad Nur Hidayat)

Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat. (Facebook.com @Achmad Nur Hidayat)

PEMERINTAH Indonesia berhasil menegosiasikan penurunan tarif ekspor ke Amerika Serikat dari 32% menjadi 19% setelah ancaman Liberation Day Tariffs diumumkan April 2025.

Namun, menurut ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, diskon tarif tersebut justru menjadi beban ekonomi baru bagi Indonesia karena syarat yang memberatkan.

“Ini bukan kemenangan diplomasi, melainkan kompromi penuh tekanan yang memaksa Indonesia membeli produk-produk Amerika Serikat dalam skala jumbo,” kata Achmad.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Achmad menambahkan, kesepakatan ini ibarat pedagang pasar yang dipaksa membayar ‘uang keamanan’ lebih mahal hanya demi bisa tetap berjualan di lapak yang sama.

Indonesia Dipaksa Beli Energi, Pangan, dan Boeing Dalam Jumlah Masif

Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia harus membeli energi dari AS senilai US$15 miliar, produk pertanian US$4,5 miliar, dan 50 unit Boeing seri 777.

Achmad menyebut kebijakan ini memukul industri nasional karena dana devisa yang besar justru mengalir keluar tanpa ada keuntungan jangka panjang yang nyata.

“Pasar dan devisa kita diserahkan begitu saja demi mendapatkan penurunan tarif yang sebenarnya masih sangat tinggi,” ujarnya.

Impor pertanian AS dikhawatirkan menggerus daya saing petani Indonesia karena harga dan volume impor jauh lebih kompetitif dibandingkan produksi dalam negeri.

Sementara pembelian Boeing justru menambah utang BUMN penerbangan nasional yang hingga kini masih mengandalkan suntikan subsidi negara untuk beroperasi.

Dampak Kesepakatan Terhadap Industri, Lapangan Kerja, dan Ketahanan Pangan

Achmad memprediksi tarif 19% tetap akan membuat produk ekspor Indonesia ke AS menjadi lebih mahal sehingga order dari pasar AS berpotensi menurun drastis.

“Industri padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik bisa mengurangi produksi bahkan PHK jika order dari AS anjlok,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan potensi pelemahan rupiah akibat membengkaknya impor dari AS, yang akan memicu inflasi, menekan daya beli masyarakat, dan memperburuk ketahanan pangan nasional.

Menurut Achmad, kebijakan perdagangan ideal seharusnya memperkuat industri dalam negeri, menjaga ketahanan pangan, dan membuka pasar ekspor baru di luar AS dan Tiongkok.

Saatnya Indonesia Tampil Berdaulat dalam Diplomasi Ekonomi Global

Kesepakatan yang timpang ini, menurut Achmad, menunjukkan betapa pentingnya Indonesia memiliki strategi negosiasi perdagangan yang berdaulat di tengah persaingan global.

Indonesia harus berani memperkuat industri bernilai tambah di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor tunggal seperti Amerika Serikat.

Negara-negara lain seperti India dan Brasil sudah mulai menerapkan strategi serupa untuk menjaga martabat ekonomi mereka di tengah tekanan global.

“Yang menang bukan yang mau membeli lebih banyak, tapi yang mampu menjadikan perdagangan sebagai cara memperkuat rakyatnya,” pungkas Achmad.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Kongsinews.com dan Hilirisasinews.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Halloup.com dan Halloupdate.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatimraya.com dan Hellocianjur.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Strategi Baru Indonesia: Diversifikasi Mitra Ekonomi Lewat FTA dengan Uni Eropa
IEU-CEPA Masuk Tahap Akhir, Indonesia Mantapkan Diri di Pasar Eropa
Presiden Prabowo Dorong Sinergi Investasi Nasional lewat Forum Kabinet Strategis
BEI Catat 14 IPO Baru, Lighthouse Company Jadi Andalan Investasi
IPO 2025 Bergairah, BEI Cetak 14 Emiten Baru dalam Lima Bulan
Produksi Padi Naik Tajam, Wamentan Sudaryono Dorong Tiga Kali Panen
Investasi Jadi Ujung Tombak Pertumbuhan Ekonomi Era Prabowo
Kejagung Tunggu Bola Panas Tambang Ilegal Papua, Izin Dicabut, Dugaan Korupsi Masih Bebas Melenggang

Berita Terkait

Rabu, 16 Juli 2025 - 11:07 WIB

Diskon Tarif AS Dinilai Membebani Ekonomi Indonesia, Bukan Strategi Cerdas

Senin, 14 Juli 2025 - 08:12 WIB

Strategi Baru Indonesia: Diversifikasi Mitra Ekonomi Lewat FTA dengan Uni Eropa

Minggu, 13 Juli 2025 - 07:22 WIB

IEU-CEPA Masuk Tahap Akhir, Indonesia Mantapkan Diri di Pasar Eropa

Selasa, 1 Juli 2025 - 09:26 WIB

Presiden Prabowo Dorong Sinergi Investasi Nasional lewat Forum Kabinet Strategis

Kamis, 26 Juni 2025 - 11:46 WIB

BEI Catat 14 IPO Baru, Lighthouse Company Jadi Andalan Investasi

Berita Terbaru