Meninggalnya Kwik Kian Gie dan Pertanyaan tentang Arah Ekonomi Indonesia

Di tengah gelombang investasi dan utang luar negeri, bisakah Indonesia kembali pada cita-cita ekonomi berdaulat seperti yang diperjuangkan Kwik?

Avatar photo

- Pewarta

Rabu, 30 Juli 2025 - 10:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kwik Kian Gie, ekonom independen yang dikenal tajam dalam mengkritik kebijakan pro-oligarki dan utang luar negeri. (Instagram.com @sandiuno)

Kwik Kian Gie, ekonom independen yang dikenal tajam dalam mengkritik kebijakan pro-oligarki dan utang luar negeri. (Instagram.com @sandiuno)

DI TENGAH gemuruh kenangan yang memenuhi linimasa, satu kalimat dari Sri Mulyani Indrawati menangkap esensi kehilangan itu:

“Indonesia kehilangan seorang sosok yang sangat berarti, Pak Kwik Kian Gie.”

Namun, pertanyaannya: mengapa Kwik Kian Gie dianggap begitu berarti—dan, oleh siapa?

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1935, Kwik bukan sekadar ekonom lulusan Erasmus University Rotterdam.

Ia adalah salah satu dari sedikit teknokrat Indonesia yang tetap waras di tengah arus neoliberalisme pasca-krisis 1997/1998, yang menyeret Indonesia ke pelukan Dana Moneter Internasional (IMF).

Dalam lanskap ekonomi yang semakin tersentralisasi oleh utang, pembukaan pasar, dan tekanan global, Kwik berdiri sendirian menolak satu premis sederhana: bahwa liberalisasi otomatis berarti kemajuan.

Kritik yang Tak Pernah Populer

Bersama Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Kwik menjabat sebagai Menko Perekonomian dan kemudian Kepala Bappenas.

Tapi warisannya tidak ditentukan oleh jabatan. Ia diingat karena pendiriannya yang tak mudah dinegosiasikan—kedaulatan ekonomi harus berada di atas segalanya.

“Pak Kwik selalu berpandangan reformasi ekonomi harus berpihak kepada rakyat,” kenang Sri Mulyani. Pernyataan itu bukan basa-basi.

Dalam sidang-sidang kabinet dan debat publik era reformasi, Sri Mulyani menyaksikan langsung bagaimana Kwik bersikukuh menolak pendekatan ekonomi yang hanya menyelamatkan neraca, tapi mencederai kesejahteraan rakyat.

Saat IMF memaksa Indonesia memangkas subsidi, menjual BUMN, dan membiarkan sektor keuangan asing masuk tanpa pembatasan.

Kwik adalah salah satu dari sedikit elite yang secara terbuka menggugat logika itu. Ia berani melawan ketika banyak ekonom memilih diam.

Menggugat Konsensus Washington

Krisis ekonomi 1997/1998 bukan sekadar runtuhnya rupiah atau bangkrutnya perbankan nasional.

Ia adalah titik balik: apakah Indonesia akan tetap menjaga kedaulatan ekonominya, atau menyerah pada rezim ekonomi global?

IMF datang dengan resep yang nyaris seragam—deregulasi, privatisasi, liberalisasi. Kwik mencium aroma bahaya lebih awal daripada banyak koleganya.

Ia tahu, saat negara menyerahkan ekonomi kepada mekanisme pasar global, maka politik pun hanya jadi penumpang.

Kritiknya terhadap IMF—yang ia sebut sebagai “institusi yang tak netral dan punya kepentingan geopolitik”—membuatnya disingkirkan dari lingkaran dalam kekuasaan.

Tapi ia tidak menyesal. Justru dari luar kabinet, ia lebih bebas bersuara.

“Ekonomi bukan soal angka. Ekonomi adalah keputusan politik,” tegasnya suatu kali dalam wawancara.

Dalam Era Pasca-Kwik: Siapa yang Melanjutkan?

Ironisnya, banyak dari kebijakan yang Kwik tolak kini justru dijadikan standar. Utang luar negeri makin meningkat. Investasi asing diberi karpet merah.

Aset negara dilepas dalam skema KPBU dan SWF. Bahkan kedaulatan pangan pun digadaikan lewat impor permanen.

Maka pertanyaan krusialnya adalah: warisan Kwik benar-benar dikenang, atau justru diam-diam dikubur bersama jasadnya?

Sri Mulyani, sebagai Menkeu hari ini dan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, adalah representasi dari generasi teknokrat yang berpijak pada logika globalisasi.

Tapi ia tetap memberi penghormatan yang tulus. Karena, meski pandangan ekonominya berbeda, mereka pernah berbagi ruang debat yang sama: ruang di mana ide, bukan kekuasaan, jadi ukuran keberanian.

Dari Kampus ke Negara: Visi yang Terlupakan

Tak banyak yang tahu bahwa Kwik juga mendirikan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia—sebuah bentuk pengabdian yang tidak semata-mata akademik.

Tetapi politis: mencetak pemikir ekonomi yang tak gampang larut dalam pusaran neoliberalisme.

Ia percaya, perubahan tidak hanya datang dari kekuasaan, tapi dari gagasan yang terus diajarkan.

Tapi hari ini, adakah kampus ekonomi yang benar-benar melahirkan para “Kwik baru”? Atau semua telah menjadi bagian dari sistem yang dulu ia kritik?

Politik Ekonomi: Bukan Sekadar Angka, Tapi Harga Diri

Ekonomi Indonesia hari ini tumbuh. Tapi tumbuh untuk siapa? Kwik mengajarkan bahwa pertumbuhan tanpa keadilan adalah ilusi.

Bahwa surplus perdagangan bukan kemenangan jika rakyat masih menjerit oleh harga kebutuhan pokok. Bahwa ekonomi makro yang stabil bukan tujuan, tapi sarana.

Dan dalam kerangka itu, pertanyaan paling menyakitkan dari wafatnya Kwik adalah ini: apakah Indonesia pernah benar-benar mendengarkannya?.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infotelko.com dan Infoekonomi.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media 23jam.com dan Haiidn.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallotangsel.com dan Haisumatera.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Stop Impor Beras! Pemerintah Pastikan Indonesia Swasembada Pangan di 2025
Era Baru Migas Rakyat Dimulai, Pemerintah Posisikan UMKM Jadi Pemasok
50 Pesawat Boeing untuk Garuda: Kesepakatan Lama, Tantangan Baru
Indonesia Beralih ke Barat: Kontrak Energi AS Tandai Era Baru Diplomasi BBM
Press Release Berbayar: Cara Praktis Memastikan Pesan Perusahaan Sampai ke Publik
Haji Isam & Jhonlin Group: Bisnis Batu Bara Hingga Energi Terbarukan
Investor Global Soroti Kasus Riza Chalid dan Pernyataan Hashim
Diskon Tarif AS Dinilai Membebani Ekonomi Indonesia, Bukan Strategi Cerdas

Berita Terkait

Rabu, 30 Juli 2025 - 15:23 WIB

Stop Impor Beras! Pemerintah Pastikan Indonesia Swasembada Pangan di 2025

Rabu, 30 Juli 2025 - 14:47 WIB

Era Baru Migas Rakyat Dimulai, Pemerintah Posisikan UMKM Jadi Pemasok

Rabu, 30 Juli 2025 - 10:19 WIB

Meninggalnya Kwik Kian Gie dan Pertanyaan tentang Arah Ekonomi Indonesia

Selasa, 29 Juli 2025 - 07:42 WIB

Indonesia Beralih ke Barat: Kontrak Energi AS Tandai Era Baru Diplomasi BBM

Sabtu, 26 Juli 2025 - 06:52 WIB

Press Release Berbayar: Cara Praktis Memastikan Pesan Perusahaan Sampai ke Publik

Berita Terbaru