Penelitian Hidrologi Gambut: Tantangan Pengelolaan Muka Air Tanah dan Mitigasi Risiko Kebakaran di Indonesia

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 1 Oktober 2024 - 10:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SAWITPOST.COM – Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia sebagai negara dengan lahan gambut terluas setelah Kanada, Rusia, dan Amerika Serikat.

Provinsi-provinsi seperti Papua, Kalimantan Tengah, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, dan Papua Barat memiliki jumlah lahan gambut yang signifikan.

Lahan gambut bukan hanya penting bagi ekosistem tetapi juga untuk kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Data Luas Lahan Gambut di Indonesia

Luas lahan gambut di Indonesia diperkirakan berkisar antara 15 hingga 20 juta hektar.

Dilansir dari brin.go.id, berdasarkan Peta Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2017, luasnya mencapai 24,67 juta hektar.

Fungsi Ekosistem Lahan Gambut

Lahan gambut memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Lahan ini menyimpan sekitar 40% cadangan karbon dunia, berperan sebagai penyimpan air, pengatur tata air, serta mendukung konservasi keanekaragaman hayati.

Pemanfaatan Lahan Gambut dalam Sektor Ekonomi

Karena lahan mineral semakin terbatas, lahan gambut mulai dimanfaatkan oleh sektor-sektor seperti kehutanan, perkebunan, dan pertanian.

Namun, pemanfaatan ini sering menimbulkan tantangan lingkungan, termasuk emisi gas rumah kaca dan risiko kebakaran.

Risiko Kebakaran pada Lahan Gambut

Budi Kartiwa menjelaskan bahwa risiko kebakaran sering terjadi di lahan gambut yang dibiarkan terlantar.

Lahan perkebunan umumnya aman dari kebakaran, bahkan dalam kondisi kering, jika dikelola dengan baik.

Namun, faktor seperti praktik pembakaran lahan dan aktivitas berisiko di sekitar lahan kering, seperti merokok, menjadi penyebab utama kebakaran.

Dampak Kebakaran Lahan Gambut di Indonesia

Selama periode 2015-2019, kebakaran lahan mencakup area seluas 4,4 juta hektar, dengan 50% di antaranya adalah lahan gambut.

Dari jumlah tersebut, sekitar 18% mengalami kebakaran berulang, mengakibatkan kerusakan besar pada lingkungan.

Pentingnya Pengelolaan Muka Air Tanah dalam Mengurangi Risiko Kebakaran

Salah satu faktor yang mempengaruhi risiko kebakaran lahan gambut adalah elevasi muka air tanah.

Jika muka air tanah terjaga di tingkat yang sesuai, risiko kebakaran dapat ditekan secara signifikan.

Regulasi Pemerintah Terkait Pengelolaan Lahan Gambut

Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut mengatur pengendalian kerusakan gambut.

Pemerintah menetapkan kedalaman maksimum muka air tanah sebesar 40 cm di bawah permukaan gambut.

Tantangan dalam Penetapan Kedalaman Muka Air Tanah 40 cm

Banyak pelaku usaha sektor kehutanan dan perkebunan menganggap penetapan kedalaman 40 cm tidak realistis.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Penelitian menunjukkan bahwa kedalaman ideal untuk lahan sawit, menurut RSPO, berada di kisaran 60-80 cm, lebih dalam dari standar pemerintah.

Penelitian Dinamika Hidrologi Lahan Gambut

Penelitian bersama antara berbagai pihak seperti Badan Litbang Pertanian dan beberapa universitas menunjukkan bahwa laju penurunan muka air tanah selama kemarau bisa mencapai 88,2 hingga 156,6 cm.

Ini menunjukkan bahwa standar kedalaman maksimum 40 cm perlu dievaluasi kembali.

Model Peringatan Dini Risiko Kebakaran Lahan Gambut

Penelitian menghasilkan model peringatan dini risiko kebakaran lahan gambut berbasis data curah hujan harian.

Model ini diharapkan mampu menjadi solusi dalam mengurangi kejadian kebakaran di masa mendatang.

Kolaborasi Penelitian Antar Lembaga untuk Mengatasi Kebakaran Lahan Gambut

Beberapa penelitian dilakukan untuk mengevaluasi risiko kebakaran dan pengelolaan lahan gambut, melibatkan pihak-pihak seperti World Agroforestry (ICRAF), BRIN, dan BPSI Kementan, guna menemukan solusi yang lebih efisien

Pentingnya Riset Berkelanjutan untuk Mitigasi Kebakaran

Dalam menghadapi perubahan iklim dan peningkatan frekuensi kebakaran lahan, riset berkelanjutan diperlukan untuk menemukan metode terbaik dalam menjaga ekosistem gambut, termasuk sistem peringatan dini dan manajemen air.

Manfaat Pengelolaan Air yang Baik dalam Mengurangi Kerusakan Lahan Gambut

Penerapan manajemen pengelolaan air yang baik, seperti pembuatan sekat kanal, telah terbukti efektif dalam menjaga kestabilan ekosistem gambut dan mencegah kebakaran.

Menjaga Kelestarian Ekosistem Gambut

Penelitian dan pengelolaan yang tepat sangat penting dalam menjaga kelestarian lahan gambut, terutama dalam mengurangi risiko kebakaran yang semakin meningkat akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Kolaborasi berbagai pihak dalam riset dan implementasi kebijakan menjadi kunci keberhasilan dalam melindungi ekosistem gambut Indonesia.

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infokumkm.com dan Harianinvestor.com

Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Adilmakmur.co.id dan Aktuil.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)

Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.

Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Berita Terkait

Berminat Perluas Investasi Pengolahan Daging ke Indonesia, Lulu Group Internasional Asal Uni Emirat Arab
Sustainability Report & Annual Report: Solusi Waktu yang Semakin Sempit dan Deadline OJK Sudah di Depan Mata
Indonesia Menang Lawan Uni Eropa di WTO, Bukti Biodiesel Berbasis Minyak Kelapa Sawit Diakui Dunia
CSA Index Januari 2025: Pasar Optimis Meski Tantangan Ekonomi Global Masih Membayangi
Perum Bulog Diminta Serap Hasil Panen Raya Wakil Menteri Pertanian Sudaryono Beberkan Alasannya
Pengusaha Tiongkok Komitmen untuik Investasi Sebesar 7,4 Miliar Dolar AS, Usai Rosan Roeslani ke Beijing
Hingga 31 Januari 2025, Persrilis.com Beri Diskon 50 Persen di 150+ Portal Berita Jaringan Sapulangit Media
Minta Kualitas Pembangunan Infrastruktur Dijaga, Presiden Prabowo Subianto: Harus Sesuai Spesifikasi
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Kamis, 13 Februari 2025 - 15:45 WIB

Berminat Perluas Investasi Pengolahan Daging ke Indonesia, Lulu Group Internasional Asal Uni Emirat Arab

Selasa, 11 Februari 2025 - 07:27 WIB

Sustainability Report & Annual Report: Solusi Waktu yang Semakin Sempit dan Deadline OJK Sudah di Depan Mata

Sabtu, 18 Januari 2025 - 07:07 WIB

Indonesia Menang Lawan Uni Eropa di WTO, Bukti Biodiesel Berbasis Minyak Kelapa Sawit Diakui Dunia

Selasa, 7 Januari 2025 - 14:26 WIB

CSA Index Januari 2025: Pasar Optimis Meski Tantangan Ekonomi Global Masih Membayangi

Kamis, 26 Desember 2024 - 08:01 WIB

Perum Bulog Diminta Serap Hasil Panen Raya Wakil Menteri Pertanian Sudaryono Beberkan Alasannya

Berita Terbaru