SAWITPOST.COM – PT Hasjrat Tjipta (Paya Pinang Group) menginisiasi penanaman padi gogo sebagai tanaman sela di antara tanaman sawit.
Penanaman padi gogo itu dilakukan di lahan milik petani yang tergabung dalam empat kelompok tani (poktan) yang menjadi mitra binaan Paya Pinang Group.
Keempat poktan tersebut yakni Poktan Tani Mandiri, Sawita Makmur, Wahana Sawit Jaya, dan Poktan Tualang Baru.
“Total ada 186 hektare (ha) yang ditanami padi gogo di penanaman pertama Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) ini,” ujar Komisaris Paya Pinang Group Kacuk Sumarto.
Baca Juga:
Target Pencapaian Swasembada Pangan Maju Jadi Tahun 2027, Ini Penegasan Menko Pangan Zulkifli Hasan
Dikutip Sawitpist.com, ia menyampaikan pada acara Tasyakuran Tanam Perdana Serentak Program PSR dan Padi Gogo di Kecamatan Laut Tador Kabupaten Batubara, Sumatera Utara (Sumut), Sabtu (7/9/2024).
Kacuk Sumarto yang juga Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI) ini menambahkan bahwa RSI akan selalu mendampingi petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit agar bisa bermitra yang saling menguntungkan.
“Kami harapkan nantinya petani tidak hanya menjual buah sawit, tapi juga bisa memproduksi minyak sawit sehingga pendapatannya bisa meningkat,” ujar Kacuk Sumarto.
Masalah pangan, kata Kacuk Sumarto, ke depan menjadi sensitif karena jumlah penduduk terus meningkat, sementara daya dukung bumi makin berkurang.
Baca Juga:
Kemenkeu Tarik Utang Rp438,1 Triliun, INDEF: Salurkan untuk Belanja Produktif agar Dukung Ekonomi
Menteri Hukum Supratman Andi Agtas Beri Penjelasan Jakarta Masih Berstatus Sebagai Ibu Kota Negara
Sementara tidak semua negara bisa memproduksi pangan dan energi.
“Kita sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa sangat memungkinkan untuk memproduksi pangan dan energi yang berkelanjutan.”
“Termasuk tanaman padi gogo ini yang selain untuk ketahanan pangan juga punya unsur gizi yang dibutuhkan tubuh manusia,” katanya.
Bambang Eko, perwakilan Direksi PT Hasjrat Tjipta mengatakan Paya Pinang Group memiliki komitmen untuk melaksanakan PSR dan membantu petani sejak 1984 di daerah Deli Serdang, Sumatera Utara.
Baca Juga:
Seluas 338 Hektar, Koperasi Aroma Kelola Lahan Perkebunan Sawit Bekas Pertambangan Barubara
Dibandingkan Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Kredit UMKM pada September 2024 Cenderung Melambat
“Semuanya adalah petani swadaya. Lebih dari 29 poktan yang bermitra dengan Paya Pinang Group. Keempat poktan yang lakukan PSR pada hari ini seluas 186 ha,” kata Bambang.
Selain tanam sawit, pada hari itu juga dilakukan penanaman padi gogo sebagai tanaman sela yang benihnya disediakan oleh RSI.
“Setelah pelaksanaan PSR di lokasi ini nantinya akan berlanjut ke daerah Asahan, Sumut,” katanya.
Penjabat (Pj) Bupati Batubara Heri Wahyudi Marpaung mengapresiasi Paya Pinang Group yang menginisiasi penanaman padi gogo sebagai tanaman sela di antara tanaman sawit ini.
Upaya Paya Pinang ini, kata Heri Wahyudi, selaras dengan program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batubara yang berupaya mengurangi angka stunting yang masih cukup tinggi di Kabupaten Batubara.
“Angka stunting kami di angka 17%. Penanaman padi gogo yang memiliki kandungan gizi ini kami harapkan bisa membantu penurunan angka stunting di wilayah kami,” kata Heri Wahyudi.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang.
Heri Wahyudi juga mengapresiasi program RSI yang mendorong petani bisa memproduksi minyak sawit.
Karena itu pihaknya ingin Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Batubara memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Sehingga kabupaten ini tidak bergantung dari Dana alokasi umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat.
“Kami juga tidak hanya selalu berharap dari CSR perusahaan sawit yang ada di Batubara. Tapi kami ingin menciptakan pendapatan misalnya dari PKS yang bisa dikelola BUMD. Makanya kami membuka diri untuk berkolaborasi dengan RSI,” kata Heri Wahyudi.
Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma (Salma) Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) Ardi Praptono mengatakan rata-rata produktivitas kelapa sawit nasional setara dengan 2-3 ton CPO per ha.
“PSR ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas sawit nasional tanpa harus menambah lahan,” ujar Ardi Praptono.
Pemerintah ke depan, kata Ardi Praptono, selain menjaga ketahanan pangan juga konsen di ketahanan energi melalui biofuel. Karena itu keberadaan sawit sangat penting bagi program nasional tersebut.
“Kami akan support melalui program sarpras setelah PSR ini. Setelah masuk TM (tanaman menghasilkan) kami akan berikan program sarpras,” janji Ardi Praptono.
Terkait dengan Program PSR dan penanaman padi gogo ini, Kementan akan menjadikan Kabupaten Batubara, Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai pilot project atau percontohan kemitraan perusahaan dengan petani sawit.
“Penanaman padi gogo ini harapannya bisa memperkuat ketahanan pangan kita. Tumpang sisip ini bisa menambah kesejahteraan petani,” kata Ardi Praptono.
Ruslan Sinaga, Ketua Poktan Tani Mandiri mengaku bersyukur poktannya terpilih sebagai mitra binaan Program PSR PT Hasjrat Tjipta (Paya Pinang Group).
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Paya Pinang yang dengan pendampingannya, kami telah lolos mendapatkan sertifikat ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil),” kata Ruslan Sinaga.***